Selasa, 27 Desember 2011

Toilet Umum Yang Super Unik

Kita kadang-kadang sering kebelet pipis di tempat umum , sementara toilet umum susah ditemukan. Kalaupun ada, kadang antri atau kotor dan bau sehingga kita jadi malas untuk pipis di situ. Nah sekarang mungkin loe ngga usah bingung kalau kebelet pipis di tempat umum karena udah ada solusi yang yahud untuk itu. Loe tinggal tiru gaya orang-orang bule di bawah ini.



1. Loe tinggal buat kendaraan seperti dibawah ini . So loe tinggal buka celana (pasti aman ngga kelihatan ) dan pipis tanpa harus menunda perjalanan loe . Opppssss... oya jangan lupa sediain tissue


2. Atau bikin kendaraan seperti ini. Sayangnya loe ngga bisa langsung pipis seperti diatas, harus cari tempat sepi dulu . Kalau ngga loe bisa kena sanksi UU Pornoaksi . Inilah kekurangan benda ini dari yang diatas. Tapi yang jelas loe ngga bingung lagi kalau kebelet pipis.



3. Kalau contoh diatas kurang bagus loe juga bisa tiru seperti yang ini



4. Atau yang ini juga bagus. Jadi ada beberapa model yang bisa loe pilih tergantung selera.



5. Nah yang ini modifikasi dari gambar yang pertama loe juga bisa langsung pipis. . Bedanya kalau yang diatas loe bisa pipis sambil jalan , kalau yang ini loe harus berhenti dulu , trus hadap kebelakang , buka celana dan cussss.......cuuuussssss .



6. Atau kalau repot bikin kendaraan seperti diatas loe bisa pakai cara ini. Loe bawa aja closetnya kemana loe pergi so ngga bigung lagi kan kalau mau pipis ? Dan lagi bisa sekalian cari duit kalau ada orang yang pengen pake toilet umum loe.






7. Kalau yang tadi loe kurang minat , wah gue ngga ada solusi lagi buat loe. Mau ngga mau loe harus cari toilet umum beneran. Usahakan cari seperti yang dibawah ini karena sambil pipis atau BAB loe juga bisa lihat pemandangan indah.



8. Atau yang seperti ini juga bisa lihat pemandangan, hanya sayangnya loe ngga bisa lama-lama kaya yang di atas bisa di jitak loe dari belakang.



9. Kalau ngga cari yang kaya gini biar pipisnya tambah nikmat.



10. Atau loe harus cari yang paling canggih sehigga loe tinggal parkir di depannya sudah ada yang bantu bukain celana , bersihin dan pakein lagi celana loe. Tolong diperhatikan sebelum memakai alat ini pastikan bahwa mesin nya tidak dalam keadaan rusak. Kalau ngga ntar dedek loe bisa patah ama robot ini. Gue ngga tanggung jawab .

Kamis, 22 Desember 2011

Antara Punk dan Culture Timur di Aceh

 
  Anak punk saat apel di Lapangan Kompleks Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, Selasa (20/12/2011). Pembinaan secara mental dan spiritual 60 punker asal Aceh, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa tersebut berakhir 23 Desember 2011.
Dari Kabid Humas Polda Aceh AKBP Gustav Leo, sebagaimana dilaporkan media, Jumat (16/12), terungkap bahwa 65 anak Punk yang ditangkap saat gelar konser (10/12) senang-senang saja menjalani pembinaan di sekolah polisi, SPN Aceh. Benarkah Punkers itu senang acara konser amalnya  dibubarkan, ditangkap, digunduli, dicebur, dilepas tindik oleh polisi? Rasanya sangat berlebihan untuk mengatakan mereka senang, bukan?
Bukankah rambut, baju, dan tindik itu "mahkota" yang menjelaskan identitas mereka? Bagaimana jika "bruk kreung" (lencana KORPRI) yang melakat di dada pejabat atau tanda pangkat di bahu aparat dicabut? Atau, rambut perempuan di cukur? Meski pencabutan dan pencukuran itu karena alasan kesalahan rasanya terlalu berlebihan jika ditafsir senang-senang saja.
Apalagi jika merujuk pada pernyataan LBH Aceh, Koalisi NGO HAM, dan Kontras Aceh. Jika benar ada potensi dan indikasi pelanggaran hukum dan HAM yang dilakukan aparat atas anak Punk tentu saja penilaian soal senang-senang saja hanya sebuah usaha mensederhanakan keadaan untuk menutupi fakta yang ada.
Tapi tunggu dulu. Rasanya ada benar juga jika anak Punk itu senang-senang saja sebagaimana yang disampaikan oleh AKBP Gustav Leo melalui media. Pertama, siapa yang tidak senang disekolahkan atau dibina. Kembali ke jalan yang lurus tentu saja akan menyenangkan. Tidak semua orang punya kesempatan untuk bisa kembali ke jalan yang lurus. Lihatlah anak-anak jalanan lainnya yang bukan Punkers. Tidak ada yang mendapat pembinaan secara khusus di Sekolah Polisi Nasional (SPN) Aceh.
Kedua, siapa yang tidak senang jika menjadi diri yang tidak lagi meresahkan masyarakat banyak. Pasti lebih senang menjadi "anak manis" ketimbang jadi "anak nakal" yang melakukan aksi ngemis paksa, nyanyi yang menyakitkan telinga pendengar, atau menggunakan narkoba, tidur sembarangan dan pakaian seadanya. Jadi, mungkin saja mereka senang karena bisa kembali menjadi seperti anak-anak lainnya.
Ketiga,  bisa jadi juga mereka senang karena bisa segera terbebas setelah sebelumnya melanggar regulasi lokal (Aceh) tentang syariat Islam. Aceh adalah daerah yang diakui kekhususannya dan karena itu mendapat hak untuk memiliki regulasi khusus baik karena memang diakui negara maupun karena kesepakatan yang dihasilkan dari perjanjian. Dalam MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) juga ditegaskan soal identitas Aceh yang bersifat istimewa dan khusus.
Maka wajar manakala kepada mereka yang mendukung anak Punk dan menunjukkan kemarahannya pada pembinaan yang dilakukan oleh aparat dan penguasa mendapat perlawanan dan dicurigai sudah ditumpangi kepentingan Yahudi. Sejumlah protes dan tekanan yang disampaikan oleh negara/badan/lembaga asing yang dikaitkan dengan HAM pun dikecam sebagai tidak pada tempatnya dan dianggap tidak memahami kekhususan Aceh dalam bingkai NKRI.

Paradoks AcehSaya juga setuju jika 65 anak Punk itu senang-senang saja menjalani pembinaan ala polisi. Mereka benar-benar senang dan saya percaya itu. Tapi tunggu dulu. Saya percaya mereka senang bukan dengan tiga alasan di atas. Saya bisa memahami Punkers itu senang karena pada komunitas ini terkandung unsur gerakan dan sekaligus pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers). Cobalah bertanya pada mereka yang dulu menempatkan dirinya sebagai pemberontak. Apakah mereka bersedih manakala ditangkap, ditahan, dan dibina? Bahkan dulu ada banyak pang-lima  di GAM "disekolahkan" melebihi makna "sekolah" yang dialami anak Punk-65 (baca 65 anak Punk).
Berbeda dengan kebanyakan pemberontak yang melegalkan penggunaan senjata atau minimal menggunakan kerja-kerja politik untuk melakukan perlawanan. Anak Punk justru tampil beda. Mereka menjadikan gaya, tingkah, dan suara mereka sebagai media protes atau kritik serta perlawanan. Itulah modal nilai "we can do it ourselves" yang terwujud secara nyentrik, aneh, dan nyeleneh.
Jadi bisa dipahami mengapa ada banyak orang dan penguasa menjadi sebal, muak, dan mules atau resah kala bersinggungan dengan anak Punk yang ada di Aceh. Padahal, kemuakan dan keresahan orang lain pada diri mereka adalah terjemahan langsung dari kemuakan dan keresahan Punkers terhadap masyarakat, pemerintah dan juga negara yang "bertopeng."
Ibarat bait lagu "bukalah topengmu" aksi-aksi anak Punk di Aceh baru-baru ini menjadi bentuk "harakiri" sosial-politik mereka untuk menghasilkan self-critic (kritik-diri) guna mengakhiri paradoks Aceh pasca-damai. Salah satu bentuk paradoks Aceh bisa langsung terlihat pada cara-cara penguasa memperlakukan mereka. Dengan alasan lokalitas Aceh (identitas dan regulasi khusus/syariat) keberadaan mereka tidak diakui dan ditolak untuk hidup dan berkembang di Aceh.
Sebelumnya, lokalitas Aceh dibidang politik justru ditolak begitu terkena penguasa dan pihak lainnya. Lokalitas Aceh dibidang politik langsung disebut melanggar hukum, undang-undang dan HAM dan pihak asingpun menjadi sekutu strategis. Paradoks Aceh juga terlihat pada penerapan hukum syariat. Pelaku dari rakyat biasa dikenai sanksi syariat sementara kasus-kasus yang melanggar syariat dan idiologi Islam seperti korupsi dan lainnya tidak terkena sanksi syariat. Begitu juga manakala ada kasus-kasus pelanggaran syariat dikalangan pejabat tidak terlihat adanya penerapan hukum syariat, dengan berbagai alasan teknis.
Paradoks Aceh yang paling gawat adalah kala citra keacehan hanya dipakai sebagai alat pencitraan semata. Bukankah sangat berbahaya manakala menyebut diri sosok religius jika dalam kenyataannya curang? Bukankah sangat menakutkan manakala menyebut diri sebagai negeri yang salam (damai) jika masih hobi dengan praktek-praktek yang mendorong munculnya kekerasan? Bukankah akan sangat mengancam pembangunan Aceh jika memiliki pemimpin yang hanya baik secara pencitraan tapi buruk dalam perilaku dan moral?
Paradok Aceh itu tentu sangat berbahaya dan Punkers di Aceh telah melakukan "harakiri" sosial-politik untuk memberi self-critic agar segera mengakhiri paradoks Aceh. Jika paradoks Aceh bisa berakhir maka bukan hanya Punkers yang tersenyum lebih lebar tapi juga segenap rakyat Aceh dan bisa saja anak Punk asli kelahiran Aceh akan kembali ke khazanah kritik ala Aceh. Mereka akan segera melambaikan tangan kepada rekan-rekannya yang datang dari luar Aceh dan berucap "sampai ketemu di daerah kalian. Di sana kita akan melakukan aksi nyentrik, aneh, dan nyeleneh seperti kita lakukan di Aceh sambil menyanyikan bait lagu bukalah topengmu dengansuara yang meresahkan semua orang agar mereka juga tahu betapa resahnya kita akibat topeng mereka."


sumber: www.kompas.com

Sabtu, 03 Desember 2011

8 kalimat mematikan yang biasa dipakai wanita


Guys kesel ga sih klo kita lagi marahan ato lagi ngebahas satu masalah tau tau si doi cuman ngomong 2 patah kata??? hahhaha, coba deh perhatiin kata kata dibawah ini yang suka bikin kita sakit hati,,, :D


 1."Yah udahlah!"
Kalimat ini digunakan wanita untuk mengakhiri argumen bila mereka merasa diri mereka benar dan Anda harus menutup mulut

2."Lima menit"
Kalo dia lagi ganti pakaian, ini berarti setengah jam. 5 menit benar2 5 menit yang mereka berikan untuk Anda apabila Anda sedang nonton bola dan harus bantu2 mereka bersihin rumah.

3."nggak apa-apa....."
Adalah ketenangan sebelum badai mengamuk. Kalimat ini mempunyai arti di baliknya yang "tidak apa-apa". Biasanya kalau sudah beragumen, kalimat ini akan diakhiri dengan kalimat nomor 1

4."Silahkan saja"
Ini adalah tantangan, bukan izin.. JANGAN DILAKUKAN!

5."it's ok"
Ini adalah kalimat paling mematikan dari 8 kalimat mematikan yang biasa dipakai wanita. "It's ok" berarti dia harus mempunyai waktu yang cukup untuk berpikir keras bagaimana cara dan kapan Anda harus membayar kesalahan Anda.

6."Terima kasih banyak!"
Kalimat ini berarti sindiran sarkastik yang berarti dia tidak berterima kasih sama sekali pada Anda. Jangan sekali2 Anda menjawab dengan "Kembali" karena akan melahirkan "whatever"

7."Whatever"
Cara wanita untuk mengatakan "F--K You!"

8."Gak usah dipikirin, biar aku saja ...."
Satu lagi kalimat yang cukup mematikan, berarti seseorang wanita sudah berulang2 kali menginstruksikan sesuatu namun pada akhirnya harus dia juga yang mengerjakan. Yang kemudian memancing kalimat "Apa ada yang salah?" dari pria dan dijawab dengan poin no # 3

Dan apabila wanita itu terdiam, itu bisa berarti bahaya karena mungkin saja mereka :

1. Banyak pikiran
2. Capek nunggu
3. Udah mau meledak
4. Butuh pelukan
5. rapuh
6. Menangis dalam hati
7. KESEMUANYA DI ATAS